POTENSI DESA JAGALAN

Administrator 16 Agustus 2018 08:50:15 WIB

JAGALAN TLISIH/WALKING TOUR

Desa wisata Jagalan menawarkan pengalaman unik untuk menelusuri gang-gang sempit dan bangunan tradisional yang masih terjaga, setiap sudut desa menyimpan cerita menarik.

 

DESTINASI WISATA YANG MELIPUTI :

1.Masjid Gede Mataram

Masjid ini peninggalan Ke- rajaan Mataram Islam, masjid tertua di Yogyakarta sejak abad XVI.Masjid ini selesai di bangun pada tahun 1589 Masehi di masa pemerintahan Panembahan Senopati (Raja Mataram perta- ma). Setelah berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kota- gede Yogyakarta.

2.Sendang Seliran

Di sebelah selatan makam ada Sendang Seliran yang di bangun oleh Ki Ageng Pemanahan dan Keluarga.

 3.Makam Raja-Raja Mataram

Tempat ini adalah peninggalan Raja Mataram Islam, di sini terda pat makam Raja-raja Mataram, Masjid Gede Mataram dan Sen- dang Seliran.Bangunan-bangunan tersebut di bangun pada awal-awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam oleh Ki Ageng Pemanahan dan putranya Panembahan Senopati pada abad 16.

4.Napak Tilas Mataram Islam di Jagalan Kotagede

Tahun 2020 sudah masuk kota terindah di Asia versi CNN, Kotagede terletak di se- belah tenggara kota Jogja. Kawasan Kota- gede adalah kota tua bekas ibukota kera- jaan Mataram Islam.

5.Kotagede

Danang Sutowijoyo menggan- tikan posisi ayahnya memimpin tanah perdikan Mataram, setelah Ki Ageng Pemanahan meninggal (1575). Tujuh tahun kemudian Sultan Hadiwijoyo meninggal (1582), raja Pajang selanjutnya adalah Arya Pangiri.Ada 4 bagian vital yang di buat Panembahan Seno- pati di kerajaan Mataram yang sering di sebut "catur gatra tunggal", artinya 4 bagian dalam satu kesatuan.Yang meliputi

  1. Pasar

        Menjadi pasar Kotagede sebagai tempat aktifitas ekonomi masyarakat sekitar Kotagede

  1. Alun - alun

        Menjadi kampung alun- alun, tempat aktifitas warga dan kerabat Kerajaan.

  1. Masjid

        Masjid Gede Mataram sebagai tempat periba- datan warga sekitar.

  1. Kraton

        Menjadi kampung nDalem sebagai pusat pemerintahan di Kotagede.

Ke empat bagian itu sampai sekarang masih bisa kita lihat, tapi alun- alun dan kraton sekarang sudah menjadi perkampungan penduduk.

6.Rumah Joglo

Rumah Adat Joglo di Kotagede memiliki sejarah yang kaya dan merupakan bagian penting dari warisan budaya Jawa.Kotagede merupakan ibu kota pertama Kerajaan Mataram yang berdiri sejak abad ke-16. Sejak awal, Kotagede telah menjadi pusat kebudayaan dan arsitektur Jawa yang kaya.

7.Rumah Indische

Merupakan karakter bangunan kolonial belanda, yang tentu saja pembangunan rumah indische yang ada di Desa Jagalan pada masa penjajahan belanda masuk ke Kotagede, karakter bangunan ini sangat berbeda dari rumah adat jawa itu sendiri, dari sebelum masuk rumah kita sudah disuguhi dengan pintu yang besar dan tinggi, beda dengan rumah adat jawa yang karakter pintunya rendah.

8.Rumah Limasan

Di desa Jagalan masih sangat berkaitan dengan rumah Joglo, entah itu dari konsep dan beberapa ornamen di dalamnya. perbedaannya terletak pada atap rumah dan bentuk pendoponya. Rumah limasan menunjukan strata ekonomi masyarakat desa jagalan pada waktu itu. karena si pemilik rumah tidak mampu membangun rumah joglo, akhirnya mereka membangun rumah yang konsepnya sama dengan rumah joglo, untuk menekan biaya pembangunan mereka menghilangkan soko guru dan tumpang sarinya.

9.Rumah kalang atau Rumah orang kalang

Pulau Jawa memiliki banyak sub-etnis seperti Using di Banyuwangi, Tengger di Bromo, dan Baduy di Banten. Mereka memiliki ciri khas kebudayaan masing-masing yang sudah banyak diketahui orang. Selain sub-etnis tersebut, di Jawa masih ada kelompok masyarakat lain yakni orang Kalang. Sebagian orang ketika mendengar nema orang Kalang.

10.Rumah Kampung

Rumah kampung menjadi tempat tinggal kalangan biasa, memiliki struktur atap yang paling sederhana di antara ketiganya. Atap puncak rumah kampung bersandar pada empat tiang tengah dan ditunjang oleh dua lapis tiang pengikat. Bubungan atap didukung penyangga dengan sumbu utara-selatan yang khas. Struktur ini dapat diperbesar dengan melebarkan atap dengan sedikit kecondongan dari bagian atap yang ada.

11.Rumah Jengki

Merupakan salah satu jenis rumah yang menarik untuk di ketahui, karena rumah ini sebenarnya adalah rumah modern pada tahun 60-70 an. Menariknya di desa jagalan adalah rumah jengki disini beda dari tempat lain, kebanyakkan rumah jengki ini adalah perpaduan antara rumah modern tahun 60 an dan rumah adat jawa yaitu joglo, limasan dll.

 

Sejarah Nama Gang Kampung Jagalan

Pendahuluan.

Kaidah penamaan suatu gang yang berasal dari masa lalu, biasanya mengambil suatu penanda yang pernah ada di masa lalu untuk memudahkan penyebutan. Biasanya menggunakan kaidahnya mengambil :

1.Gang Glondoran

Situasi jalan menuruni jembatan Tegalgendu yang melintasi sungai Gajahuwong di masa lalu sangat menurun tajam dengan jembatan sempit memanjang. Sehingga masyarakat menamai suasana wilayah itu dengan penyebutan glondoran. Kemudian di tahun 1980-an, jembatan Tegalgendu ditinggikan lebih dari 1 meter dan bentangan panjang jembatan semakin pendek sehingga menghasilkan perkampungan di sebelah utara jalan di timur jembatan Tegalgendu terlihat tenggelam di bawah permukaan jalan.

2.Gang Pos Markas Belanda

Terletak di sebelah barat Omah Dhuwur. Dikarenakan pada masa clash Belanda kedua 1949, Omah Dhuwur merupakan tempat yang strategis, pernah dipergunakan untuk pos markas serdadu Belanda agar memudahkan melakukan pengamatan gerakan gerilyawan republik serta pengejaran terhadap gangguan para gerilyawan. Kalau pos markas serdadu Belanda memperoleh gangguan tembakan gerilyawan, kemudian para gerilyawan lari. Serdadu Belanda akan meluncurkan mortir kordinatnat diarahkan ke timur. Kawasan timur pasar Kotagede yang biasanya menerima ancaman kiriman mortir Belanda. Mortir adalah senjata berhulu ledak seperti granat yang dilontarkan dengan alat pelontar. Mortir memiliki tiga sirip keseimbangan untuk meluncur di atap-atap rumah penduduk, menghasilkan suara desing. Desing suara laju mortir bagi masyarakat umum sudah hafal, berasal dari seradadu Belanda.

3.Gang Benda

Benda adalah nama pohon tanaman keras. Pohon benda termasuk pohon kuno dan langka. Di masa lalu di wilayah yang sempit tersebut masih dijumpai pohon benda berdiri tegak kokoh. Keberadaannya di sekitar warungnya pak Carit. Jaman berlalu, kebutuhan ruang untuk bangunan rumah bermunculan. Pohon benda ditebang. Masyarakat menyebut tempat keberadaan pohon benda dengan menyebut benda. Hal itu juga terjadi di wilayah Klaten ada suatu wilayah disebut Benda Gantungan. Di wilayah jalan Imogiri Timur ada suatu wikayah disebut Benda Gorok. 

4.Gang Abilawa

Adalah nama seorang tokoh yang berkaitan erat dengan adanya tempat penjagalan hewan untuk disembelih bagi keperluan memenuhi konsumsi daging sapi untuk keperluan kraton Mataram di Kotagede. Abilawa adalah nama orang yang berprofesi sebagai jagal tersebut. Adapun tempat penjagalannya menyisakan nama tempat menjadi kampung Jagalan, serta makam Jagalan. Jagal Abilawa memperoleh nama kehormatan dari kraton Mataram yaitu Kanjeng Mas Tumenggung Joyo Sugoto.

5.Gang Pegadaian

Di wilayah kalurahan Jagalan banyak dijumpai bangunan untuk usaha pegadaian yang dilakukan oleh swasta, Karena ada pegadaian yang didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda semasa kolonialisme . Salah satunya pegadaian di tepi gang Soka. Bangunan pegadaian itu masyarakat Kotagede menyebut omahe patere. Gang Pegadaian disematkan karena masih berada di kawasan bangunan kompleks pegadaian itu.

6.Gang Soka

Soka adalah nama pohon yang memiliki bunga berwarna indah. Di wilayah Kawasan tersebut di masa lalu tumbuh pohon soka. Kehadiran pohon soka untuk memperindah kawasan agar memberikan suasana asri dan indah. Masyarakat menyebut kawasan tersebut dengan nama soka

7.Gang Patrolan

Di masa lalu, dipilih suatu tempat yang dianggap strategis untuk pengamatan pengamanan wilayah. Di beberapa tempat yang dipilih, biasanya mengambil tempat di sudut jalan bagian dari bangunan rumah dibangun bangunan untuk pos keamanan lingkungan, yang diucapkan patrol. Secara etimologis, kata patrol diserap dari Bahasa Belanda : Patrouiller. Patrol ringkasan dari ungkapan sebutan nama dari bahasa Belanda. Kemudian diserap dan diucapkan agar mudah bagi lidah Jawa menjadi patrol. Kemudian untuk menyebut nama tempat itu, memperoleh akhiran an, yang menunjuk nama tempat diucapkan menjadi patrolan. Semasa pemerintahan Hindia-Belanda di beberapa tempat di wilayah Jagalan banyak dijumpai tempat patrolan. Setelah pemerintahan Hindia-Belanda berlalu, patrolan fungsinya dipergunakan oleh masyarakat setempat untuk berjualan lauk pauk yang berbahan sayuran.

8.Gang Pos Malang

Keberadaan bangunan yang unik melintang di tengah jalan dipergunakan sebagai pos penjagaan. Bangunan malang itu melintang keberadaannya berhubungan dengan adanya rumah Tumenggung Mertaloyo. Bangunan pos malang itu fungsi dan perannya sebagai pos penjagaan terhadap keberadaan rumah Tumenggung Mertaloyo dari Kasunanan Surakarta yang ditempatkan di wilayah enclave dampak dari Perjanjian Giyanti 1755. Wilayah enclave, wilayah Kasunanan Surakarta yang menjorok di wilayah Yogyakarta, perlu menempatkan seorang pejabat yang memiliki wewenang mengawal wilayah enclave. Dikarenakan posisi letak bangunan sangat unik melintang di tengah jalan, lalu masyarakat menandai dengan menyebutnya : Pos Malang.

9.Gang Tumenggungan

Adalah jalan lingkungan menuju dalem Tumenggungan. Tumenggungan adalah merupakan pusat pemerintahan wilayah enclave. Wilayah enclave adalah wilayah Kasunanan Surakarta yang berada di wilayah Yogyakarta karena Perjanjian Giyanti 1755. Kasunanan Surakarta menempatkan tokoh pejabat pemerintahan Kotagede Surakarta (SKA) bernama Tumenggung Mertoloyo untuk mengawal segala kepentingan administrasi pemerintahan dan kewilayahan. Di kemudian jaman masa lalu berlalu. Masyarakat Kotagede menyebut kawasan tempat kedudukan Tumenggung Mertoloyo dengan sebutan Tumenggungan.

10.Gang Imitasi

Untuk menandai memasuki wilayah perkampung Citran, di masa lalu banyak dijumpai pengrajin dan juragan imitasi yang tersohor bermukim di situ. Untuk memudahkan terpeliharanya kenangan kemakmuran usaha kerajinan imitasi di masa lalu, dipergunakan untuk nama gang : Gang Imitasi.

11.Gang Buk Ndekem

Dahulu, secara fisik di Kawasan Buk Dekem terdapat sebuah buk. Buk adalah struktur bangunan pendek kiri kanan yang mengapit sebuah jalan yang di bawahnya mengalir selokan. Disebut Buk Dekem karena struktur bangunan pengapit itu dibangun pendek, situasinya terlihat ndekem. Buk itu melintang di atas saluran gorong-gorong saluran luapan air hujan dari beberapa kampung sekitar seperti Celenan, Citran, Kebonan, dan lain-lain yang mengalir deras melewati Buk Dekem menuju sungai Gajahuwong.

12.Gang Niken Pandansari

Adalah jalan kecil lingkungan yang berdekatan dengan sebuah makam di kampung Citran. Di makam tersebut terdapat kubur nama seorang perempuan yang berkiatan dengan kerajaan Mataram, bernama Niken Pandansari. Dikisahkan bahwa Niken Pandansari adalah saudari kakak kandung Sultan Agung. Niken Pandansari pernah menjadi senopati perang Mataram. Namun, suatu ketika ia mengidap gangguan ingatan, sehingga dikhawatirkan akan banyak membocorkan rahasia kraton tanpa ia sadari. Maka, Niken Pandansari dipinggirkan tidak berada tinggal di lingkungan istana. Ia dimukimkan dan diasuh oleh seorang inang yang bernama Nyai Pranacitra hingga akhir hayatnya. Setelah wafat Niken Pandansari dimakamkan di makam Santen. Sedangkan nama Nyai Pranacitra disematkan untuk nama sebuah kampung : Citran.  

13.Gang Diro

Untuk mengenang nama orang yang berkaitan erat dengan perpindahan dan perkembangan SD Muhammadiyah Bodon. Adalah nama Diro. Semula SD Muhammadiyah Bodon didirikan pada tahun 1924, awalnya bernama Holand Indie School (HIS) disebut juga Sekolah Bumi Putera. Kemudian berganti nama menjadi Sekolah Rakyat Sempoerna pada masa Jepang. Kemudian menjadi Sekolah Rakyat, dan pada tahun 1960 menjadi SD Muhammadiyah Bodon. Lokasi sekolah ini beberapa kali mengalami perpindahan. Pada awalnya menempati Balokan Trunojayan milik KH. Masyhudi. Lalu pindah menempati rumah Achyar bin Syihab bin Muhammad Radji di kampung Citran. Pindah lagi di kampung Kudusan menempati rumah Mandoyo. Tidak terlalu lama pindah lagi. Kali ini pindah di pendopo rumah Diro di Kawasan Jurang Bodon.

14.Gang Wedi Kengser

Adalah wilayah luapan sungai ketika musim hujan tiba sehingga volume air meluap sampai wilayah tepian sungai, dimana kalau musim kemarau tiba, air surut tercipta wilayah tepian sungai yang lebar dalam keadaan kering.

15.Gang Jurang Bodon

Adalah jalan kecil lingkungan untuk menuju pemukiman di perkampungan Jurang Bodon. Disebut Jurang Bodon, dikarenakan perkampungan itu berada di jurang tepian sungai Gajahuwong, disematkan nama Bodon, dikarena permukinan di atasnya bernama kampung Bodon. Nama tersebut disematkan merupakan kombinasi wilayah lingkungan antara kampung Bodon dan kampung Jurang.

16.Gang Projosutrisno

Untuk mengenang nama seorang pemilik tanah di masa lalu, untuk nama sebuah gang kecil jalan lingkungan. Nama orang ini berkaitan erat bagi titik tolak perkembangan SD Muhammadiyah Bodon. Pada tahun 1988, SD Muhammadiyah Bodon melihat mengalami perkembangan, para alumni tertarik menyediakan dana untuk membangun gedung baru bagi pengembangannya. Kebetulan sudah ada tanah wakaf yang tersedia milik Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kotagede. Sudah lama, pada tahun 1958 PCM Kotagede membeli rumah dan pekarangan seluas 200 m2 milik R. Projosutrisno. Dibangunlah Gedung baru di tanah wakaf itu pada tahun 1988 sudah dibangun terlebih dahulu masjid Al-Amin, Bodon.

17.Gang Gejlik

Gejlik berasal dari Bahasa Belanda ialah gezellige. Tulisan dan pengucapan sulit diucapkan lidah orang Jawa. Dengan gampangnya lidah Jawa mengucapkan : gejlik. Gejlik sesungguhnya adalah pintu bukaan air untuk mengoncori area persawahan di daerah selatan melalui selokan irigasi. Cekdam atau bendungan dibangun untuk menaikan elevasi ketinggian permukaan air, agar air bisa disalurkan lewat pintu bukaan air untuk kepentingan irigasi. Adalah jalan kecil lingkungan menuju cekdam, bendungan di penggal sungai Gajahuwong yang dibangun di masa pemerintahan Hindia-Belanda yang pada tahun 2006, badan utama cekdam tersebut patah, terus digantikan cekdam baru di sebelah selatannya. Masyarakat kalau ingin menuju cekdam bendungan tersebut senantiasa menyebut : Gejlik. Nama gejlik lebih popular daripada nama cekdam.

 

Nama Gang Kampung Sayangan, Kudusan dan Krintenan

  1. Gang Krintenan
  2. Gang Toprayan
  3. Gang Sendang Sumber Kemuning
  4. Gang Bende Pegadaian
  5. Gang Pengrajin Perak
  6. Gang Jurang Sanggrahan
  7. Gang Blumbang Gede
  8. Gang Pondongan
  9. Gang Karangduren Lor
  10. Gang Karangduren Kulon Lor
  11. Gang Karangduren Tengah Wetan
  12. Gang Karangduren Tengah
  13. Gang Mbah Sampang
  14. Gang Karangduren Kulon
  15. Gang Kebonan
  16. Gang Celenan
  17. Gang Pangkalan Raja Dagang
  18. Gang Ngerikan
  19. Gang Martopomo
  20. Gang Kudusan
  21. Gang Lurah Munjit
  22. Gang Mat Ngalenan
  23. Gang Kudusan
  24. Gang Patrolan Sendang Kemuning
  25. Gang Kendil
  26. Gang Dhandhang
  27. Gang Karangduren Kidul

 

  1. Gang Krintenan

Di awal abad  kedua puluh, Kotagede merupakan pusat perdagangan intan terbesar di Asia Tenggara, terutama yang hadirnya keluarga kalang di wilayah Tegalgendu Kotagede bermitra dengan penduduk asli yang bermukim lebih dahulu di Kotagede. Pengusaha kerajinan intan yang sentranya berada di kampung Krintenan. Maka layaklah nama gang Krintenan disematkan di mulut gang memasuki kampung itu.

  1. Gang Toprayan

Adalah nama tokoh diperkirakan ada sejak kekuasaan Mataram berdiri. Tokoh itu bernama Mertoproyo. Dikarenakan di wilayah itu terdapat rumah kediaman Mertoproyo, maka dengan sendirinya disebutlah Kawasan itu menjadi nama kampung Toprayan. Untuk memasuki kampung Toprayan, melalui gang kecil merupakan salah satu pilihan jalan yang terdekat bagi pejalan kaki.  

  1. Gang Sumber Kemuning

Pada tahun 1973-1975, sebutan jalan Sendang Sumber Kemuning pernah digunakan oleh radio amatir yang menamakan diri radio Bhineka Broadcasting Station yang dipancarluaskan dari jalan Sendang Sumber Kemuning. Studionya berada di rumah Ubik Subiyanto di tepi jalan Sumber Kemuning masuk wilayah kampung Kudusan. Apreasi yang sangat bagus dari anak muda waktu itu mengabadikan suatu nama petilasan Sunan Kalijaga berupa sendang untuk menyebut nama alamat studio radio anak muda. Sunan Kalijaga Ketika bertandang di kediaman Ki Gede Pemanahan, ingin berwudhu, dengan menggunakan tombak pendek (cis) ditusuklah tanah di dataran rendah itu memancar air. Dalam suatu riwayat, Sunan Kalijaga tidak mau menggunakan air Sendang Seliran yang kotor ada kotoran bulusnya.   

  1. Gang Bende Pegadaian

Bangunan toko Peni selatan, dahulu merupakan pegadaian yang diselenggarakan swasta. Pintu masuk dan loket pelayanan menghadap utara berhadapan dengan gang jalan kecil di depannya. Di masa lalu, tidak semua orang pada umumnya memilki arloji, maka pegadaian memiliki bende yang digantung di salah satu blandar bangunan. Ada petugas orang dari kampung Sayangan terdekat yang setiap jam memukul bende sebanyak waktu menunjukkan angka tersebut. Bunyi bende ditunggu orang-orang berkerumun nglaras suasana di seputar pasar. Orang-orang yang berkerumun menjadi tahu waktu kapan harus pulang. Orang-orang tersebut para pengrajin kerajinan Kotagede yang melakukan refresing di malam hari berkerumun di seputar pasar menjadi hiburan murah. Mereka menunggu waktu dengan mendengarkan bende dipukul. Saatnya pulang, agar segar Kembali bangun pagi menuju tempat kerja di prapen-prapen juragan perak Kotagede.

 

  1. Gang Perajin Perak

Gang kecil yang merupakan jalan lingkungan itu akan menuju perkampungan yang sekarang masih eksis pengrajin peraknya. Sekarang jaman berubah. Wisatawan tidak sekedar menonton cara mengerjakan di prapen lantas memilih barang dan membeli di almari showroom arshop silver. Wisaatwan asing kepingin experience bahkan sampai saat ini, banyak wisatawan asing mengerjakan sendiri kerajinan perak kemudian dengan bangganya hasil pekerjaannya dipakainya.

  1. Gang Jurang Sanggrahan

Gang jalan kecil lingkungan itu menuruni daerah rendah, di sebelah kirinya nampak tebing tinggi yang ditumbuhi bangunan rumah. Masyarakat Kotagede menyebutnya Jurang. Di dataran rendah jurang ada pemukiman Namanya Sanggrahan, tempat orang tamu dari jauh yang akan memasuki kraton sebagai tamu, menyanggrah bermalam di kampung itu. Lingkungan suasana yang melingkupi berupa bentang alam (jurang) dan bentang budaya berupa pemukiman, sehingga menghasilkan sebutan Jurang Sanggrahan

  1. Gang Blumbang Gede

Di Kawasan tersebut terdapat petegalan yang luas dan memiliki blumbang gede. Tanah luas itu milik Kiai Haji Abdurrahman seorang kaya yang memilki banyak tanah luas. Dikarenakan petegalan luas itu berada di posisi lembah tanah rendah, banyak bermunculan mata air yang mampu mengisi blumbang gede.

  1. Gang Pondongan

Kampung Pondongan posisinya berada di depan kraton Mataram. Kampung Pondongan berasal dari toponimi bahwa di masa lalu, tempat tersebut dipergunakan untuk acara pondongan temanten. Tempat dimana saatnya temanten putri dipondong (dibopong di depan dada) temanten laki-laki. Tentu saja upacara pondongan tersebut berkaitan erat dengan kraton Mataram semasa di Kotagede

  1. Gang Karangduren Lor
  2. Gang Karangduren Tengah
  3. Gang Karangduren Tengah Wetan
  4. Gang Karangduren Wetan

 

  1. Gang Mbah Sampang

Wilayah ini berkaitan dengan nama tokoh legendaris Mbah Sampang. Riwayatnya Ketika Panembahan Senopati melakukan penaklukan ke wilayah timur, banyak prajurit Mataram memperoleh dukungan perbekalan daro sepasang suami istri yang berasal dari daerah Sampang Madura. Karena jasanya, kedua sepasang suami istri itu diboyong ke Mataram untuk dimuliakan. Masyarakat setempat menyebut mereka sebagai Mbah Sampang. Keduanya ditempatkan di sebuah kebun luas yang dikenal sebagai Karangduren. Sepasang suami istri itu diberi tugas untuk mengelolanya. Ketika wafat karena sudah lanjut usia, Mbah Sampang dimakamkan di bagian kebun itu.

  1. Gang Karangduren Kulon
  2. Gang Kebonan

Adalah suatu berupa pelataran luas berupa kebon yang berhubungan erat dengan keberadaan kraton  Mataram di Kotagede.  Konon, dinamakan kebonan karena merupakan tempat bagi selir raja yang sudah tidak diharapkan, akan dipinggirkan denga status dikebonkan. Termasuk selir raja yang ‘nakal’. Ketika kelakuannya cepat diketahui, segera akanbernasib segera dikebonkan. Kampung Kebonan agak sedikit jauh dari pusat kraton Mataram di Kotagede.

16.Gang Kiai Cilen

Konon kisahnya, Kiai Cilen pernah bertempat tinggal di perkampungan ini. Sehingga meninggalkan toponimi nama Celenan dari asalkata penyebutan nama Kiai Cilen, memperoleh akhiran an untuk menunjuk nama tempat. Sementara kubur Kiai Cilen, berada di makam Semoyan. Di Kawasan kampung Celenan

17.Gang Pangkalan Raja Dagang

Di Kawasan ini, terkenal dengan bangunan rumah-rumah milik para saudagar dan raja dagang yang berjaya dan makmur di awal abad kedua puluh. Bangunannya merupakan perpaduan budaya Jawa-Eropa. Ketika di Eropa muncul trend bangunan bergaya Neo-Barok maupun Art-Deco, masyarakat kaya di Kotagede juga memilih trend bangunan tersebut. Masih banyak sekali dijumpai bangunan berpilar besar, relung dan ornament kaca patri bermotif geometris, dengan dinding tinggi, demikian pula pintu dan jendela-jendelanya. Semua deretan rumah yang ada berlanggam rumah indisce

18.Gang Ngerikan

Adalah nama mulut gang untuberdk memasuki perkampungan sebagai sentra batik di masa lalu. Di wilayah centra batik, terdapat tempat untuk mengerik batik dari sisa-sisa bahan malam yang masih tersisa di selembar kain batik cap maupun tulis. Kain yang sudah selesai proses pembatikan, tahap selanjutnya dilorot bahan malamnya. Dan pada kain batik yang sdauh dilorot, masih menyisakan bahan malam yang masih tertinggal, akan dikerik, dibersihkan oleh para buruh home industri menengah batik rumahan.

19.Gang Martopomo

Nama seorang tokoh yang rumah pendoponya dipergunakan masyarakat secara terbuka untuk aktiftas di bidang seni pertunjukan ketoprak, Latihan karawitan, dan lain sebagainya.

20.Gang Kudusan

Menurut riwayat yang dikisah para leluhur yang diteruskan ke generasi berikutnya bahwa adalah wilayah yang berkaitan dengan penempatan abdi dalem penghulu Masjid Gede Mataram Kotagede yang kediamannya dipilih yang berdekatan dengan masjid untuk memperlancar aktifitasnya. Dan menilik namanya, tentunya seseorang yang didatangkan dari daerah yang memiliki ulama pilihan dari kota Kudus. Maka kediaman abdi dalem penghulu masjid tersebut oleh masyarakat setempat disebut Kudusan. Berbeda dengan kerajaan yang lebih muda, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, serta kadipaten Pakualaman. Tidak ada nama tempat mengambil nama Kudusan seperti di Kotagede dimana kerajaan Mataram lebih tua. Yang diambil oleh Surakarta dan Yogyakarta adalah nama Kauman. Tempat kaum memimpin ritual keagamaan Islam.

  1. Gang Lurah Munjit

Nama gang kecil koridor jalan lingkungan ini mengambil nama seorang tokoh yang mendedikasikan pikiran, tenaga, waktu, beserta rumahnya untuk pelayanan administrasi kantor kalurahan Jagalan. Ketika jaman itu, pemerintah belum memiliki fasilitas berupa tanah dan bangunan. Adapun lurah Munjit sendiri bertindak secara resmi menjabat sebagai lurah untuk beberapa tahun lamanya.

  1. Gang Mat Ngalenan

Mat Ngalenan adalah cara pengucapan lidah Jawa yang kepingin cepat. Padahal nama yang benar, sesungguhnya Acmad Ali. Achmad Ali masih merupakan keturunan dari Retno Temanten yang leluhurnya dari Kasunaan Surakarta. Dampak dari Perjanjian Giyanti 1755, ketika antara Sunan dengan Sultan membagi daerah menjadi wilayah-wilayah kecil, muncul wilayah enclave. Banyak bupati yang semula ditempatkan di wilayah timur, seperti Pacitan, ditarik lantas ditempatkan di wilayah enclave. Ada yang ditempatkan di kampung Kudusan, Sayangan dan di Pandean timur pasar Kotagede.

  1. Gang Kudusan

Adalah nama suatu tempat peninggalan masa lalu ketika menempatkan abdi dalem penghulu yang mengurusi urusan keagamaan di masjid Gede Mataram di Kotagede, didatangkan ulama dari Kudus, Jawa Tengah, lalu ditempatkamn di sekitar dekat masjid, jadilah toponim nama kampung berdasarkan adanya asal tokoh itu. Jadilah gang kecil semacam koridor antar tritis rumah itu dinamai gang kudusan.

  1. Gang Patrolan Sumber Kemuning

Sebagaimana patrolan di wilayah kampung Jagalan. Patrolan merupakan bangunan tempat untuk patrol, mengawasi yang dibanguin di masa pemerintahan Hindia-Belanda.

  1. Gang Kendil

Hasil produksi utama peralatan rumah tangga terbuat dari tembaga di kampung Sayangan

  1. Gang Dhandhang

Hasil produksi utama peralatan rumah tanggga terbuat dari tembaga di kampung Sayangan

  1. Gang Karangduren Kidul

 

 

  

 

Komentar atas POTENSI DESA JAGALAN

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 
Kebijakan Privasi

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License